Tim yang terdiri dari enam peneliti ini ditempatkan di lereng utara Mauna Loa, gunung merapi di Hawaii yang sudah tidak aktif sejak tahun 1984. Selama empat bulan, mereka bekerja untuk proyek Nasa HI-SEAS (Hawaii Space Exploration Analog and Simulation) yang memakan biaya $1 Juta.
Tujuan proyek yang didanai oleh Human Researcher Program dari NASA, University of Hawaii, dan Cornell University ini adalah mempelajari tentang cara hidup dan memasak untuk misi luar angkasa dalam waktu lama. Hidangan yang dimasak dibagi antara makanan freeze-dried dan hidangan yang bisa dimasak sendiri dari bahan makanan yang tersedia.
“Masalahnya, bahan makanan yang tahan lama sebagian besar sudah diolah dan kurang kandungan serat. Saya kagum bagaimana makanan yang dibekukan mempunyai rasa mirip dengan makanan segar. Tapi, dalam misi luar angkasa comfort food juga tidak kalah penting,” tutur Angelo Vermeulen selaku kepala tim kepada Dailymail (15/08/2013).
Bahan makanan terpopuler di antara para awak adalah Nutella, selai hazelnut cokelat. Hasil studi juga memasukkan resep-resep dengan bahan utama Spam, daging kaleng. Kuskus juga menjadi pilihan populer diantara para peneliti. Tapi, hidangan yang dikemas harus mempunyai masa kadaluarsa hingga lima tahun.
Menurut NASA, misi ke Mars pada tahun 2030 berhadapan dengan tantangan untuk menyediakan sistem makanan yang cukup untuk jangka waktu panjang. “Kami mencari sebearapa besar makanan yang harus dikemas dibandingkan sistem makanan bio-regenaratif yaitu menanam buah dan sayuran,” tutur Michele Perchonok, selaku peneliti Advanced Food Technology Project di NASA.
Saat misi ke Mars, astronot dikatakan bisa menanam sendiri makanan mereka sekaligus membawa bahan makanan mentah seperti tahu, roti, pasta, dan tepung. Hasil untuk proyek HI-SEAS nantinya akan dipresentasikan di International Astronautical Congress di Beijing.
(odi/dni)
