Seperti dilansir dari Daily Mail (10/08/2013), para peneliti dari Tel Aviv University menemukan fakta bahwa ghrelin atau hormon pengatur selera makan dari partisipan penelitian yang diberi sarapan menurun secara drastis. Menurut para peneliti, penelitian ini bukan hanya tentang apa saja yang dimakan, tetapi pemilihan waktu saat mengonsumsi makanan tersebut ternyata bisa memiliki dampak besar untuk kesehatan.
“Jadi pemilihan waktu kita untuk makan mempengaruhi cara tubuh kita mengolah makanan,” ujar Profesor Daniela Jakubowicz dari Tel Aviv University di Israel.
Untuk mengetahui dampak dari waktu makan pada penurunan berat badan dan kesehatan, Profesor Jakubowicz dan rekan-rekannya melibatkan 93 wanita obesitas sebagai partisipan penelitian yang secara acak dibagi kedalam dua kelompok. Kedua kelompok ini diberi diet moderat-karbohidrat dan diet moderat lemak sebesar 1.400 kalori setiap hari selama tiga bulan.
Kelompok pertama mengonsumsi 700 kalori saat sarapan, 500 kalori saat makan siang, dan 200 kalori saat makan malam. Sedangkan kelompok kedua mengonsumsi 200 kalori saat sarapan, 500 kalori saat makan siang, dan 700 kalori saat makan malam. Makanan saat sarapan dan makan malam sebesar 700 kalori merupakan makanan yang sama.
Pada akhir penelitian, mereka yang sarapan pagi kehilangan berat badan rata-rata 8,6 kg. Sedangkan partisipan penelitian yang makan malam dalam jumlah besar hanya kehilangan berat badan sebesar 3,5 kg.
Lingkar pinggang kelompok partisipan penelitian yang sarapan rata-rata berkurang sebesar 8,3 cm. Jumlah ini hampir dua kali lebih besar bila dibandingkan dengan lingkar pinggang kelompok partisipan penelitian yang makan malam dalam jumlah besar, yaitu sebesar 3,8 cm.
Menurut Profesor Jakubowicz, kelompok yang diberi sarapan dalam jumlah besar memiliki hormon pengatur rasa lapar yang lebih rendah. Hal ini merupakan indikasi bahwa mereka lebih kenyang dibanding kelompok yang diberi makan malam dalam jumlah besar.
Kelompok yang diberi sarapan dalam jumlah besar juga menunjukkan penurunan yang lebih signifikan, seperti insulin, glukosa, dan trigliserida dibandingkan mereka yang diberi makan malam dalam jumlah besar. Yang terpenting, mereka tidak mengalami lonjakan kadar glukosa darah yang tinggi setelah makan.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal obesitas. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa waktu makan yang tepat bisa memberi kontribusi penting terhadap pengelolaan obesitas sekaligus mempromosikan gaya hidup sehat.
(odi/fit)