Seperti dilansir dari Daily Mail (19/08/2013), pertumbuhan ekonomi di India membuat kalangan remaja kelas menengah lebih memilih makanan cepat saji, seperti McDonald’s, Pizza Hut, dan KFC ketimbang makanan tradisional mereka. Sementara itu, nilai industri makanan cepat saji di India mencapai 7 milyar Euro dan angka ini diprediksi melonjak dua kali lipat tahun 2016.
Kejadian ini menarik perhatian pembuat film dokumenter BBC, Anita Rani yang pergi ke Mumbai untuk menyelidiki sekaligus bertemu dengan beberapa remaja paling gemuk di India. Salah satunya, Kaleb Shah yang berusia 13 tahun dan memiliki berat sekitar 95 kg. Untuk mencegahnya makan berlebihan, baru-baru ini ia menjalani operasi gastric band yang membuat kapasitas lambungnya berkurang.
“Secara tradisional anak-anak chubby dilihat sebagai tanda kekayaan keluarga. Anak-anak ini juga cenderung dilihat ‘sehat,’ yang berarti tidak kurang makan,” ujar Rani.
Para petugas medis yang muncul di film dokumenter Rani menuntut pemerintah India untuk memperketat penjualan makanan cepat saji. Mereka menilai, peraturan industri makanan cepat saji di India jauh lebih longgar daripada di negara-negara Barat.
Hingga kini perusahaan makanan cepat saji terus membuka cabang di kota-kota di seluruh India. Hal ini tentu menjadi penyebab ‘ledakan’ epidemi obesitas. Para penjual makanan tradisional yang dulunya menjual kari sayur dan nasi kini berubah menjual hot dog dan burger.
Remaja di India juga menganggap makanan cepat saji seperti McDonald’s jauh lebih trendy dibanding makanan tradisional pinggir jalan. Mereka juga mengeluhkan bahwa makanan India bisa dimakan di rumah, jadi ketika pergi bersama teman-teman mereka lebih memilih makan hot dog atau chips.
(odi/dni)